+62 817 8888 22

Wisma 77, Tower 1 - 15th floor, Jl Letjen S Parman Kav 77

Follow us on

Read

News & Blogs

Our latest news

Alat Pintar di Kebun Melon

Alat Pintar di Kebun Melon

18/4/2024

Aplikasi sistem tanam berbasis Internet of Things (IoT) memudahkan pekebun menghasilkan melon berkualitas.

 

Semula Arip Nurohman kerap meluangkan waktu untuk tinggal di penginapan dekat rumah tanam (greenhouse) melon. Harap mafhum kediaman Arip di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Berjarak sekitar 91 kilometer dari kebun melon kelolaan Arip dan rekan di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Tujuan Arip menginap di Sumedang untuk memastikan penyiraman tanaman dilakukan dengan benar oleh tenaga kerja.
Arip mengerahkan 2—5 tenaga kerja untuk melakukan penyiraman setiap 2 pekan di rumah tanam berukuran 16 m x 25 m. Waktu penyiraman sekitar 45 menit. Itu cerita dahulu. Kini Arip hanya mengandalkan satu tenaga kerja yang hanya bertugas menjaga kebun. Lalu bagaimana dengan penyiraman tanaman? Arip dan rekan menerapkan sistem tanam berbasis internet of things (IoT) dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat.

 

Lewat gawai
Alat canggih itu besutan PT Inovasi Telematika Nusantara. Penerapan teknologi itu memungkinkan penyiraman dilakukan cukup lewat gawai sehingga lebih mudah. Arip hanya memencet tombol siram maka dalam waktu 4 menit penyiraman otomatis berjalan. Ia bahkan bisa menyiram tanaman tanpa perlu mengunjungi kebun. Teknologi smart
farming yang terpasang dalam rumah tanam itu juga mampu mendeteksi pH tanah, kelembapan udara, suhu udara, dan intensitas cahaya. 

 

Screenshot 2024-04-18 at 14.50.53.png
Anggota petani milenial Kabupaten Sumedang dan tim dari PT Inovasi
Telematika Nusantara saat pemasangan IoT smart farming.
Foto : Dok. Gunawan Zuardi

 

Arip dan tim meramu pupuk sendiri untuk memasok kebutuhan nutrisi tanaman. Ia melarutkan 1,2 kg pupuk yang mengandung unsur makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan unsur mikro (Cu, Mn, Zn, Fe) dalam 1.000 liter air. Pada umur 1—20 hari setelah tanam (hst) dosis pupuk yang diberikan sebanyak 1.000 ppm setara 200 ml per kantong tanam. Sementara pada umur 21—45 hst dosis meningkat menjadi 1.500 ppm. “Pada umur 21—45 hst terjadi pembentukan buah sehingga dosis pupuk ditingkatkan,” kata Arip. Saat tanaman berumur 46 hst dosis pupuk dikurangi menjadi 1.000 ppm hingga waktu panen. Berkat penerapan sistem tanam IoT, Arip mampu mengontrol kebutuhan air dan nutrisi tanaman dengan efektif dan efisien. 

 

Screenshot 2024-04-18 at 14.50.48.png
Budidaya melon dengan sistem irigasi tetes di rumah tanam yang dikelola
oleh Arip Nurohman dan rekan.
Foto : Dok. Arip Nurohman

 

Bagi pekebun melon ketepatan nutrisi menjadi faktor penting untuk mendapatkan buah bermutu. Bahkan kelebihan nutrisi pada tanaman belum tentu menghasilkan buah yang baik. Sebagai contoh kasus yang dialami pekebun di Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur, Erik Susanto. Seratus tanaman melon Erik mengalami pecah buah pada 2021. Pria berumur 36 tahun itu kehilangan 100 kg buah saat itu karena tidak terjual. 

Ia menduga penyebab pecah buah karena tanaman menyerap air dan nitrogen dalam pupuk terlalu banyak. Sebenarnya kasus yang dialami oleh Erik bisa dicegah dengan cara pemasangan alat sensor deteksi nutrisi di lahan atau media tanam. 

Erik menuturkan bahwa ketepatan nutrisi mencegah kegagalan panen. Budidaya terintegrasi dengan jaringan internet yang serba otomatis juga memudahkan pekebun karena lebih efisien waktu. (Intan Dwi Novitasari)

sg

Need Any Help?

Do you have any question about our products

Don't worry, we are here to help you!

sg